Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

.

Nama-Nama Kurikulum Yang Pernah Digunakan di Indonesia

Di Indonesia, perkembangan kurikulum mengalami beberapa periode yang mencerminkan perubahan dalam pendekatan dan orientasi pendidikan. Berikut adalah penjelasan tentang beberapa periode kurikulum di Indonesia, beserta indikator, keunggulan, dan kelemahan masing-masing periode:

1. Kurikulum Kolonial (Zaman Kolonial Belanda):

  • Periode: Abad ke-19 hingga awal abad ke-20.
  • Indikator: Kurikulum ini berfokus pada penguasaan bahasa Belanda, agama Kristen, serta pelatihan dalam bidang-bidang tertentu yang diperlukan untuk mendukung pemerintahan kolonial.
  • Keunggulan: Meningkatkan kualitas administrasi pemerintahan kolonial dan pendidikan bagi orang-orang pribumi yang memiliki akses terhadap pendidikan.
  • Kelemahan: Kurikulum ini menekankan penggunaan bahasa Belanda dan agama Kristen sebagai media dominan, sehingga mengabaikan dan menghambat perkembangan bahasa dan budaya lokal.

2. Kurikulum Nasional (Zaman Kemerdekaan Awal):

  • Periode: Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 hingga tahun 1960-an.
  • Indikator: Kurikulum ini didasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan filosofis dan ideologis pendidikan. Penggunaan bahasa Indonesia diutamakan sebagai bahasa pengantar dalam proses pembelajaran.
  • Keunggulan: Membangun kesadaran nasionalisme dan persatuan, serta memperkuat identitas nasional Indonesia. Kurikulum ini juga menekankan pendidikan karakter dan nilai-nilai kebangsaan.
  • Kelemahan: Kurikulum ini kurang berorientasi pada pengembangan keterampilan dan pengetahuan praktis yang relevan dengan kebutuhan masyarakat.

3. Kurikulum Berbasis Masyarakat (KBM) dan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK):

  • Periode: 1970-an hingga awal 2000-an (KBM) dan akhir 2000-an hingga 2013 (KBK).
  • Indikator: Kurikulum berbasis masyarakat (KBM) menekankan pada relevansi kurikulum dengan kebutuhan masyarakat dan lingkungan sekitar. Sementara itu, kurikulum berbasis kompetensi (KBK) menekankan pada pengembangan kompetensi dan keterampilan siswa untuk siap menghadapi dunia kerja.
  • Keunggulan: Kurikulum berbasis masyarakat (KBM) menekankan relevansi dan pemberdayaan masyarakat lokal, sementara kurikulum berbasis kompetensi (KBK) mengakomodasi perkembangan kebutuhan tenaga kerja dan dunia kerja.
  • Kelemahan: KBM kurang mengakomodasi perkembangan global dan teknologi, sedangkan KBK memiliki kendala implementasi dan penilaian kompetensi yang konsisten.

4. Kurikulum 2013 (K-13):

  • Periode: Mulai tahun 2013 hingga sekarang.
  • Indikator: Kurikulum 2013 (K-13) menekankan pada pengembangan literasi, numerasi, dan karakter, serta penerapan pendekatan saintifik dan pembelajaran aktif.
  • Keunggulan: Meningkatkan kreativitas dan kritis siswa dalam belajar, serta memperkuat aspek karakter dan pengetahuan praktis.
  • Kelemahan: Memerlukan waktu dan dukungan yang cukup untuk implementasi yang konsisten, serta tantangan dalam penilaian kompetensi yang komprehensif.

5. Kurikulum KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia):

Kurikulum KKNI adalah kerangka acuan pengembangan kurikulum pendidikan tinggi di Indonesia yang mengacu pada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia. KKNI merupakan salah satu bentuk implementasi dari Sistem Kredit Semester (SKS) dan digunakan untuk memastikan kualitas dan kesetaraan program pendidikan tinggi di Indonesia.

Indikator:

  • Terdiri dari empat level kualifikasi: Diploma, Sarjana, Magister, dan Doktor.
  • Menetapkan tingkat kompetensi yang harus dicapai oleh setiap tingkat kualifikasi.

Keunggulan:

  • Keterkaitan dengan Dunia Kerja: Kurikulum KKNI berfokus pada pengembangan kompetensi dan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja, sehingga lulusan diharapkan memiliki daya saing yang tinggi dalam pasar kerja.
  • Fleksibilitas: Kurikulum KKNI memberikan fleksibilitas bagi perguruan tinggi untuk menyesuaikan program pendidikan dengan perkembangan terkini, sehingga dapat memberikan pembelajaran yang lebih aktual dan relevan.
  • Meningkatkan Mobilitas Siswa: Kurikulum KKNI menggunakan sistem kredit semester, yang memungkinkan siswa untuk memindahkan kredit mereka dari satu program atau perguruan tinggi ke perguruan tinggi lain, baik di dalam maupun di luar negeri.

Kelemahan:

  • Tantangan Implementasi: Implementasi kurikulum KKNI memerlukan koordinasi dan kerja sama yang baik antara berbagai pemangku kepentingan, termasuk perguruan tinggi, pemerintah, dan industri.
  • Pemahaman dan Penyesuaian: Beberapa perguruan tinggi mungkin memerlukan waktu dan sumber daya yang cukup untuk memahami dan menyesuaikan diri dengan kurikulum KKNI, terutama bagi perguruan tinggi yang belum memiliki pengalaman dalam menerapkan sistem kredit semester.

Kurikulum KKNI merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia dengan mengacu pada standar kualifikasi nasional yang ditetapkan. Dengan adopsi sistem kredit semester dan fokus pada pengembangan kompetensi relevan, diharapkan lulusan pendidikan tinggi akan lebih siap menghadapi dunia kerja dan berkontribusi positif bagi pembangunan bangsa. Namun, implementasi yang sukses dari kurikulum KKNI memerlukan dukungan dan komitmen dari berbagai pihak terkait.

Referensi:

  • Hayuni, R. (2016). Pengantar Ilmu Pendidikan (Edisi ke-3). Pustaka Pelajar.
  • Mulyasa, E. (2016). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). PT Remaja Rosdakarya.
  • Suryabrata, S. (2015). Pengantar Ilmu Pendidikan (Edisi Revisi). PT. RajaGrafindo Persada.
Belanja Buku di Amazon Aja, banyak buku menarik dan klik link berikut untuk melihat 100 buku populer di Amazone.

Posting Komentar

0 Komentar

HEADLINE ARTIKEL

Cara Mengirimkan Artikel Publikasi di Majalah Pendidikan dan Dakwah