Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

.

Pendidikan Andragogik dan Hubungannya dengan Pembelajaran Sosial

 

Pendekatan andragogik adalah pendekatan dalam pendidikan yang difokuskan pada pembelajaran orang dewasa. Istilah "andragogi" berasal dari kata Yunani "andrós" yang berarti manusia dewasa dan "ágōgos" yang berarti pemimpin atau pembimbing. Pendekatan ini memandang orang dewasa sebagai pembelajar yang memiliki pengalaman, motivasi, dan tanggung jawab belajar yang berbeda dari anak-anak.

Berikut adalah penjelasan komprehensif tentang pendidikan andragogik:

  1. Asumsi Dasar: a. Kemandirian Belajar: Orang dewasa cenderung lebih mandiri dalam belajar dan memiliki motivasi intrinsik untuk belajar berdasarkan kebutuhan dan minat pribadi. b. Pengalaman: Orang dewasa memiliki pengalaman hidup yang beragam yang dapat diintegrasikan ke dalam proses pembelajaran. c. Orientasi Tujuan: Orang dewasa cenderung memiliki tujuan yang jelas dan praktis dalam belajar. d. Relevansi: Pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan dan konteks hidup orang dewasa akan lebih efektif.

  2. Indikator-indikator: a. Kemandirian: Orang dewasa dapat mengambil inisiatif dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran mereka sendiri. b. Pengalaman: Orang dewasa menggunakan pengalaman mereka sebagai sumber belajar dan dapat menerapkan pengetahuan baru ke dalam konteks kehidupan mereka. c. Orientasi Tujuan: Orang dewasa menetapkan tujuan pembelajaran yang jelas dan mengarahkan upaya belajar mereka untuk mencapai tujuan tersebut. d. Motivasi: Orang dewasa memiliki motivasi intrinsik untuk belajar, seperti kebutuhan untuk meningkatkan keterampilan, memecahkan masalah, atau mencapai tujuan pribadi.

  3. Tokoh Penggagas: Malcolm Knowles dianggap sebagai tokoh utama dalam pengembangan konsep andragogi. Knowles adalah seorang ahli pendidikan dewasa yang telah memberikan kontribusi signifikan dalam menggagas pendekatan andragogik.

  4. Penerapan Pendidikan Andragogik: a. Pembelajaran Berbasis Masalah: Menggunakan pendekatan yang berpusat pada masalah yang relevan dengan kehidupan nyata orang dewasa. b. Pembelajaran Kolaboratif: Mendorong kolaborasi dan interaksi antara peserta didik dewasa untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan. c. Pendekatan Partisipatif: Melibatkan peserta didik dewasa dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran mereka sendiri. d. Pendekatan Fleksibel: Menyediakan fleksibilitas dalam konten, metode, dan jadwal pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan individu.

Pembelajaran sosial adalah pendekatan dalam pendidikan yang menekankan pentingnya interaksi sosial dan pembelajaran dari orang lain dalam proses belajar. Melalui pembelajaran sosial, individu belajar melalui observasi, interaksi, dan partisipasi dalam konteks sosial. Pembelajaran sosial sangat relevan dengan pendekatan pendidikan andragogik, karena keduanya berfokus pada pengalaman, kolaborasi, dan kemandirian belajar.

Salah satu tokoh yang terkait dengan pembelajaran sosial adalah Albert Bandura. Bandura adalah seorang psikolog sosial yang mengembangkan teori pembelajaran sosial atau teori belajar melalui pengamatan. Menurut teori ini, individu dapat belajar melalui pengamatan dan pemodelan perilaku dari orang lain. Bandura menekankan pentingnya peran model dan lingkungan sosial dalam pembelajaran.

Hubungan antara pembelajaran sosial dan pendidikan andragogik adalah sebagai berikut:

  1. Kolaborasi dan Interaksi: Baik pembelajaran sosial maupun pendekatan pendidikan andragogik menekankan pentingnya kolaborasi dan interaksi sosial dalam pembelajaran. Dalam pendidikan andragogik, siswa dewasa berbagi pengalaman dan pengetahuan mereka melalui interaksi sosial, sementara dalam pembelajaran sosial, individu belajar melalui observasi dan interaksi dengan orang lain.

  2. Pengalaman dan Pemodelan: Keduanya mengakui pentingnya pengalaman dalam pembelajaran. Dalam pendidikan andragogik, pengalaman siswa dewasa digunakan sebagai sumber belajar dan diintegrasikan ke dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran sosial, pengalaman melalui pengamatan dan pemodelan perilaku dari orang lain menjadi sumber pembelajaran.

  3. Kemandirian Belajar: Pendekatan pendidikan andragogik dan pembelajaran sosial keduanya mendorong kemandirian belajar. Dalam pendidikan andragogik, siswa dewasa memiliki peran aktif dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran mereka sendiri. Dalam pembelajaran sosial, individu diberi kesempatan untuk belajar secara mandiri melalui pengamatan dan partisipasi aktif dalam situasi sosial.

Dengan memadukan pembelajaran sosial dengan pendekatan pendidikan andragogik, proses pembelajaran dapat menjadi lebih berarti dan efektif bagi orang dewasa. Interaksi sosial, kolaborasi, dan pemanfaatan pengalaman dari orang lain dapat memperkaya pembelajaran dan mendorong pertumbuhan dan pengembangan individu.

Referensi:

  1. Bandura, A. (1977). Social Learning Theory. General Learning Press.
  2. Merriam, S. B., Caffarella, R. S., & Baumgartner, L. M. (2018). Learning in Adulthood: A Comprehensive Guide. John Wiley & Sons.
  3. Knowles, M. S., Holton III, E. F., & Swanson, R. A. (2015). The Adult Learner: The Definitive Classic in Adult Education and Human Resource Development. Routledge.
  4. Knowles, M. S., Holton III, E. F., & Swanson, R. A. (2015). The Adult Learner: The Definitive Classic in Adult Education and Human Resource Development. Routledge.
  5. Merriam, S. B., Caffarella, R. S., & Baumgartner, L. M. (2018). Learning in Adulthood: A Comprehensive Guide. John Wiley & Sons.
  6. Brookfield, S. D. (2015). The Skillful Teacher: On Technique, Trust, and Responsiveness in the Classroom. Jossey-Bass.

Posting Komentar

0 Komentar

HEADLINE ARTIKEL

Cara Mengirimkan Artikel Publikasi di Majalah Pendidikan dan Dakwah