Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

.

Keterampilan Menulis Paragraf Dalam Karya Ilmiah


Definisi Paragraf

Paragraf adalah bagian bab dalam suatu karangan, biasanya mengandung satu ide pokok dan penulisannya dimulai dengan garis baru. Paragraf digunakan untuk mengatur dan menyusun ide atau informasi dalam tulisan agar pembaca dapat memahami dengan lebih baik. Setiap paragraf biasanya dimulai dengan kalimat utama yang disebut kalimat topik atau kalimat utama, yang kemudian diikuti oleh kalimat-kalimat penjelas atau pendukung yang membantu mengembangkan atau menjelaskan gagasan utama.

Ciri-Ciri Paragraf Yang Baik


1.      Memuat satu ide pokok.

2.      Memiliki kalimat-kalimat penjelasan, minimal dua kalimat penjelas.

3.      Ditulis secara piramida terbalik.

4.      Perhatikan tanda baca, huruf kapital, dan kata penghubung.

 

Selain itu, menulis paragraf yang baik haruslah memperhatikan tentang kesatuan, kepaduan, ketuntasan, keruntutan, dan konsistensi.

1.        KESATUAN

Sebuah paragraf yang baik harus mengandung satu gagasan utama. Ini berarti bahwa dalam paragraf dapat ada beberapa gagasan tambahan atau kalimat penjelas, tetapi semua gagasan ini harus terkait dengan satu gagasan utama atau kalimat pokok yang menjadi pengendali. Kalimat pokok dalam paragraf mengandung masalah atau simpulan dari paragraf itu sendiri. Sementara itu, kalimat penjelas adalah kalimat yang memberikan penjelasan tentang masalah yang terkandung dalam kalimat pokok.

Kesatuan dalam sebuah paragraf hanya akan tercapai jika informasi yang disajikan dalam paragraf tersebut selalu terkendali oleh gagasan utama. Untuk mencapai ini, seorang penulis harus selalu mengevaluasi apakah kalimat-kalimat yang ditulis. Hendaklah kalimat-kalimat tersebut saling terkait erat atau mungkin ada kalimat-kalimat yang perlu dihilangkan atau ditempatkan dengan cara yang lebih khusus.

 

2.        KEPADUAN

Sebuah paragraf dapat dianggap baik bukan hanya karena memiliki satu gagasan utama yang tunggal, tetapi juga karena kalimat-kalimatnya tersusun secara logis dan gramatikal. Dengan kata lain, kalimat-kalimat dalam paragraf tersebut saling terhubung, berinteraksi satu sama lain dan tetap mendukung gagasan utama. Hubungan yang baik antara kalimat-kalimat tersebut menjadikan pembaca dapat dengan mudah mengikuti maksud penulis langkah demi langkah tanpa ada lonjakan pemikiran.

 

Contoh kepaduan suatu paragraf:

KU:     Manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan orang lain dalam kehidupannya.

KPL: Tanpa bantuan orang lain, manusia tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti sandang, pangan, dan papan.

KPTL:            Kebutuhan sandang tidak hanya sebagai kebutuhan dasar tetapi sandang sudah menjadi gaya hidup bagi manusia.

KPL: Kehadiran orang lain bagi seseorang, tidak hanya sekadar alat untuk pemenuhan kebutuhan dasar melainkan kehadiran orang lain menjadi elemen penting untuk kesempurnaan hidup manusia.

 

3.        KETUNTASAN

Paragraf yang berkualitas adalah paragraf yang lengkap dalam segala aspeknya. Ini berarti bahwa paragraf tersebut harus mencakup semua elemen yang diperlukan untuk mendukung gagasan utama tanpa meninggalkan tanda tanya dalam pikiran pembaca.

Ketuntasan dalam pengembangan paragraf bisa bervariasi. Sebuah paragraf bisa jadi sangat panjang namun masih belum mencapai ketuntasan dalam menyampaikan informasi. Di sisi lain, sebuah paragraf bisa sangat singkat namun tetap tuntas dalam penyajiannya.

 

4.        KERUNTUTAN

Urutan penyajian informasi dalam sebuah paragraf yang berkualitas mengikuti suatu tata letak yang khusus. Terdapat beberapa model tata letak yang berbeda dalam penyajian informasi dalam paragraf. Setiap model memiliki keunggulan masing-masing. Model-model ini meliputi urutan waktu, urutan tempat, urutan umum ke khusus, urutan khusus ke umum, urutan pertanyaan-jawaban, dan urutan sebab-akibat.

Penulisan tata letak yang baik membantu penulis menyajikan informasi secara berurutan tanpa loncat-loncat. Dengan begitu, pembaca dapat dengan mudah mengikuti alur pemikirannya. Sebagai contoh, jika sebuah paragraf menggunakan model urutan tempat maka sebaiknya informasi tentang objek tersebut disusun secara horizontal, seolah-olah pandangan penulis bergerak dari kiri ke kanan atau sebaliknya, atau bahkan secara vertikal dari bawah ke atas atau sebaliknya.

 

5.        KONSISTENSI

Sudut pandang dalam penulisan adalah teknik yang digunakan oleh penulis untuk menggambarkan karakter dalam ceritanya. Terdapat tiga jenis sudut pandang yang umum digunakan, yaitu: (1) sudut pandang orang pertama, di mana penulis menggambarkan karakter menggunakan kata-kata seperti "aku," "saya," atau "kami"; (2) sudut pandang orang ketiga, penulis menggunakan kata-kata seperti "ia," "dia," atau mereka; dan (3) sudut pandang orang ketiga serba tahu, di mana penulis seolah-olah mengetahui segala tingkah laku dan pikiran semua karakter atau ketokohan dalam cerita.

Delapan (8) Kesalahan Dalam Menulis Paragraf

Seringkali kita menjumpai paragraf-paragraf dalam teks yang sulit dipahami atau membingungkan pembaca. Kesulitan ini sering muncul karena adanya kesalahan umum dalam penulisan paragraf. Kesalahan-kesalahan penulisan paragraf ini bisa jadi karena kekhilafan dan ketidaktahuan. Beberapa kesalahan umum yang sering terjadi dalam penulisan paragraf:

1.    Terpisahnya kalimat topikal dari detail pendukung: Sebuah paragraf harus memiliki satu gagasan utama yang dikenal sebagai kalimat topik. Namun, terkadang kalimat topik dipisahkan dari kalimat pendukungnya, menyebabkan paragraf menjadi tidak jelas. Hal ini dapat membuat pembaca kesulitan untuk memahami ide utama paragraf tersebut.

2.    Adanya lebih dari satu kalimat utama: Prinsip dasar dalam penulisan paragraf adalah hanya ada satu gagasan utama dalam satu paragraf. Jika terdapat lebih dari satu kalimat utama dalam satu paragraf, maka paragraf tersebut akan menjadi ambigu dan sulit dipahami.

3.    Tidak adanya kalimat penutup: Paragraf yang panjang atau kompleks harus diakhiri dengan kalimat penutup yang merangkum atau mengulang gagasan utama. Ketidakhadiran kalimat penutup dapat membuat pembaca kebingungan dan merasa paragraf tidak lengkap.

4.    Penggunaan sinyal transisi yang tidak tepat: Sinyal transisi seperti "oleh karena itu," "namun," "sejalan dengan," dan lainnya digunakan untuk menghubungkan ide dalam paragraf. Penggunaan sinyal transisi yang tidak tepat atau tidak jelas dapat mengganggu alur pemikiran pembaca.

5.    Paragraf tidak terorganisir secara logis: Paragraf harus diorganisir dengan baik, mengikuti alur pemikiran yang logis. Ketika gagasan dalam paragraf tidak diatur dengan baik, pembaca dapat kesulitan mengikuti pemikiran penulis.

6.    Paragraf yang dikutip dari sumber eksternal tidak ditulis secara terpisah: Dalam penulisan ilmiah, penggunaan kutipan dari sumber eksternal adalah hal umum. Namun, paragraf yang dikutip harus ditulis secara terpisah untuk membedakannya dari teks asli. Hal ini membantu dalam mengidentifikasi sumber-sumber eksternal yang digunakan.

7.    Pengulangan yang tidak perlu: Pengulangan kata atau kalimat yang tidak perlu dalam satu paragraf dapat membuatnya terasa monoton dan kurang efektif. Pengulangan sebaiknya dihindari, kecuali jika diperlukan untuk memberikan penekanan atau klarifikasi.

8.    Tidak adanya analisis: Paragraf harus mengandung analisis yang mendalam untuk mendukung ide utama. Analisis ini mengacu pada kalimat pendukung yang menjelaskan atau memberikan bukti terhadap gagasan utama. Tanpa analisis yang memadai, paragraf dapat terasa kurang meyakinkan.

 

Posting Komentar

0 Komentar

HEADLINE ARTIKEL

Cara Mengirimkan Artikel Publikasi di Majalah Pendidikan dan Dakwah