Penulis: Pahri Siregar
Dosen Tetap pada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syekh Ali Hasan Ahmad Addari Padangsidimpuan
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah Swt paling baik dan sempurna. Di antara banyaknya manusia yang hidup maupun yang sudah wafat, maka Nabi Muhammad Saw merupakan manusia yang paling baik, agung dan sempurna. Beliaulah suri teladan dari semua sisi kehidupan, terutama keteladan dalam hal akhlak. Kehidupan Nabi Muhammad Saw sudah berlalu sekitar 14 abad. Beliau dilahirkan di kota Mekkah, tepatnya pada hari Senin, 12 Rabiul Awal Tahun Gajah.
Sebagian umat muslim di Indonesia selalu merayakan Maulid Nabi. Umat muslim yang merayakan Maulid Nabi meyakini bahwa Maulid Nabi merupakan salah satu bentuk kecintaan dan kerinduan terhadap sosok pribadi Nabi Muhammad Saw. Lantas, apa sebenarnya hakikat, esensi, makna atau tabir yang tersingkap dari perayaaan Maulid Nabi? Apakah ceramahnya, membaca Al-Qur'an, shalawatan dan lain sebagainya.
Untuk mengungkap tabir atau rahasia di balik perayaan Maulid Nabi, penulis menelaah dengan pendekatan filsafat. Yaitu, mengkaji perayaan Maulid Nabi berdasarkan tiga pokok pikiran dalam filsafat: ontologi, epistemologi dan aksiologi.
Pertama, Ontologi. Ontologi membahas tentang ada, keberadaan, esensi, eksistensi, realitas, fakta dan kenyataan. Terkait perayaan Maulid Nabi, perayaan mengingat kelahiran Nabi, maka pertanyaan dari sisi ontologi, apakah Nabi Muhammad Saw hari ini masih ada? Sampai kapan Nabi Muhammad Saw eksis? Secara fisik dan wujud dapat dipastikan bahwa Nabi Muhammad Saw sudah tidak ada alias sudah wafat. Tapi, Al-Qur'an sebagai mukjizatnya, dan hadits-hadits sebagai amalan sunnahnya akan tarus ada. Al-Qur'an dan hadits akan terus ada sepanjang kehidupan manusia, hingga sampai hari kiamat. Sehingga, kisah Nabi akan terus dikaji sepanjang hidup manusia.
Seorang penulis dari America yang bukan beragama Islam, Michael H. Hart menulis sebuah buku yang berjudul “The 100 a Ranking of the Most Influential Persons in History”. Hart menyebut bahwa Tokoh pertama yang paling berpengaruh di dunia sepanjang masa adalah Nabi Muhammad saw. Hart percaya bahwa keberadaan Nabi Muhammad saw sejak dahulu sampai sekarang dan nanti akan terus ada.
Kedua, Epistemologi. Epistemologi adalah tentang pengetahuan. Asal-usul, jenis, karakteristik, sumber, metode, dan strategi untuk memperoleh pengetahuan. Dalam hal ini, penulis tidak mengkaji asal usul perayaan Maulid Nabi, melainkan mengkaji memperoleh ilmu pengetahuan dari apa yang Nabi tinggalkan kepada umat Islam, yaitu Al-Qur'an dan Hadits. Membaca Al-Qur'an dan membaca hadits-hadits Nabi adalah cara untuk memperoleh pengetahuan tentang Nabi. Tapi tidak cukup hanya membaca, namun perlu renungan mendalam untuk mengkajinya, sehingga bisa menemukan rahasia-rahasia atau hikmah dari kisah Nabi. Tentu, dengan membaca, memahami, mentadabburi ayat-ayat Al-Qur'an dengan ilmu Al-Qur'an, khususnya ilmu Tafsir, sedangkan untuk memahami hadits-hadits Nabi, maka yang perlu dilakukan adalah studi hadits, terutama tentang kritik matan dan sanad hadits. Melalui kritik matan dan sanad hadits seseorang bisa mengetahui kedudukan sebuah hadits. Dengan begitu, kita bukan hanya menghafal dan mengamalkan hadits, tetapi jauh lebih memahami secara mendasar betapa luasnya makna yang tersirat dalam sebuah teks dan riwayat sebuah hadits. Hal inilah yang perlu dilakukan oleh umat muslim, tidak cukup hanya perayaan Maulid Nabi secara formal, tetapi perayaan secara substansial.
Ketiga, Aksiologi. Aksiologi mengkaji tentang nilai-nilai, manfaat dan kegunaan dari sebuah ilmu. Aksiologi disebut juga filsafat nilai, yang meliputi: etika, estetika, dan religi. Etika adalah bagian filsafat aksiologi yang menilai perbuatan seseorang dari segi baik atau buruk. Estetika adalah bagian filsafat yang menilai sesuatu dari segi indah atau tidak indah. Terakhir, religi merupakan sumber nilai yang berasal dari agama atau kepercayaan tertentu. Dengan demikian, sumber nilai bisa dari manusia (individu dan masyarakat) dan bisa dari agama atau kepercayaan. Jika dikaitkan dengan Maulid Nabi, maka nilai-nilai apa yang bisa dipetik dari perayaan Maulid Nabi?
Nilai dipandang dari tujuan penciptaan manusia. Paling tidak ada dua tujuan penciptaan manusia di bumi ini, yaitu beribadah kepada Allah Swt dan sebagai khalifah. Tentu untuk melihat tujuan penciptaan manusia, yang menjadi indikator atau ukuran sebaik-baik manusia adalah Nabi Muhammad Saw. Beliau sebagai contoh dan teladan dari segala sisi kehidupan manusia, terutama dalam hal ibadah dan sebagai khalifah. Nabi sangat taat beribadah kepada Allah Swt. Padahal, beliau adalah seorang Nabi sekaligus Rasul dan sudah dijamin masuk surga.
Lantas, bagaimana dengan umat hari ini yang mengaku merayakan Maulid Nabi, mengikuti sunnah-sunnah beliau tetapi masih malas beribadah, merayakan hanya formalitas saja, makan-makan, hiburan dan lain sebagainya? Tentu saja tidak, tetapi dalam perayaan Maulid Nabi seyogyanya bisa mengambil hikmah dari peristiwa Maulid Nabi. Hikmah utama adalah setelah selesai merayakan Maulid Nabi, maka bertambah pengetahuan dan ibadah.
Kedua, sebagai khalifah. Khalifah artinya pengganti dari satu generasi ke genarasi selanjutnya. Ada juga mengartikannya sebagai wali, pemimpin dan lain sebagainya. Sejak Nabi Adam, kehidupan manusia terus berganti dari generasi ke generasi selanjutnya. Nabi Muhammad Saw adalah generasi terakhir sebagai Nabi sekaligus Rasul. Masa kehidupan Nabi Muhammad Saw berakhir dan dilajutkan oleh generasi sahabat, tabiin, tabiin-tabiin hingga sampai pada kehidupan manusia hari ini. Generasi Nabi Muhammad Saw sampai hari ini kurang lebih 14 abad sudah berlalu. Sebaik-baik manusia atau generasi sepanjang kehidupan manusia adalah Nabi Muhammad Saw. Sudah sepantasnyalah beliau yang menjadi contoh atau teladan dalam hal apa pun dalam kehidupan manusia. Baik itu bidang kepemimpinan, sebagai khalifah, berdagang, kerja keras, terutama dalam hal akhlak.
Akhlak Nabi adalah Al-Qur'an, semuanya baik. Akhlak beliau tergambarkan sebagai pribadi yang jujur, amanah, sopan, santun, lembut, penuh kasih sayang dan lain sebagainya. Nabi Saw selalu menunjukkan akhlak yang baik dan penuh kasih sayang kepada siapapun, baik kepada sesama manusia, alam, tumbuhan, hewan dan lain sebagainya. Beliau berbuat baik kepada alam dengan tidak merusak, kepada hewan dengan tidak membunuhnya, dan memelihara tumbuh-tumbuhan. Tidak kalah pentingnya adalah beliau berbuat baik kepada manusia tanpa melihat perbedaan agama, ras, suku, budaya dan lain sebagainya. Sikap dan akhlak inilah yang seharusnya dijadikan contoh atau teladan bagi umat Islam. Bukan sikap dan akhlak yang tercela, seperti mencaci maki.
Banyak faktor yang menjadikan umat hari ini mudah sekali saling caci maki. Apalagi kalau sudah tiba tahun politik, seolah-olah caci maki adalah strategi untuk menjatuhkan lawan. Caci maki juga terjadi akibat perbedaan pilihan, aliran, mazhab, organisasi dan lain sebagainya. Nabi Muhammad Saw tidak pernah melakukan caci maki. Lantas siapa yang kita jadikan contoh atau teladan menghalalkan perilaku caci maki? Apakah pantas mengaku pengikut Nabi, mengikuti sunnah Nabi, cinta Nabi, tetapi bertolak belakang dengan yang dicontohkan Nabi. Dengan demikian inilah, sesungguhnya rahasia atau tabir dari perayaan Maulid Nabi. Yaitu, menjadikan Nabi Muhammad Saw sebagai contoh dalam hal ketaatan beribadah dan manifestasi khalifah dalam wujud akhlak terpuji bagi seluruh alam. Wallahu A’lam.
0 Komentar
Silakan tinggalkan komentar Anda