Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

.

Nalar Sederhana Bencana Desa Wisata Mati Suri


Penulis: Ahmad Kharis, M.A., Dosen Tetap Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam, Universitas Islam Negeri Salatiga

Desa wisata adalah tempat yang menggabungkan budaya lokal dan kekayaan alam untuk menarik wisatawan. Desa wisata yang tidak berkembang dengan baik menghadapi bahaya di tengah berbagai kesuksesan. Desa wisata yang tidak dikelola dengan baik dapat membahayakan lingkungan, masyarakat setempat, dan bahkan identitas budaya mereka. Mari kita bahas beberapa ancaman yang mungkin terjadi.

Desa wisata yang tidak berkelanjutan dapat merusak ekosistem di sekitar mereka. Tanpa perencanaan yang baik, pembangunan infrastruktur dan peningkatan kunjungan wisatawan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan seperti penurunan kualitas air, deforestasi, dan hilangnya keanekaragaman hayati.

Peningkatan kunjungan wisatawan dapat mengubah masyarakat setempat secara signifikan. Nilai-nilai budaya mungkin hilang, dan masyarakat lokal mungkin menghadapi tekanan yang tidak seimbang dari segi ekonomi dan sosial.

Pasar pariwisata dapat mengubah desa yang bergantung pada pariwisata. Desa tersebut mungkin menghadapi masalah keuangan yang serius saat kunjungan menurun. Desa-desa yang bergantung sepenuhnya pada pariwisata sering terjebak dalam lingkaran ekonomi yang mengerikan. Pendapatan desa merosot tajam ketika jumlah wisatawan menurun.

Jika masyarakat setempat telah mengalihkan sebagian besar pendapatan mereka ke sektor pariwisata, mereka mungkin menghadapi tantangan yang signifikan. Selain pariwisata, sektor lain mungkin tidak berkembang atau bahkan terabaikan, menyebabkan ketidakseimbangan ekonomi yang signifikan.

Kondisi ini dapat menyebabkan peningkatan tingkat pengangguran dan penurunan kesejahteraan masyarakat secara umum dalam jangka panjang. Oleh karena itu, diversifikasi ekonomi dan pengembangan sektor lainnya sangat penting untuk menjaga keberlanjutan desa dan mengurangi kerentanannya terhadap perubahan pasar pariwisata.

Eksploitasi budaya dalam pariwisata dapat mencakup praktik tradisional yang digunakan atau dipertontonkan untuk keuntungan perdagangan. Misalnya, upacara keagamaan atau seni tradisional dapat ditunjukkan untuk hiburan wisatawan tanpa mempertahankan makna aslinya.

Metode seperti ini dapat menyebabkan pemahaman yang tidak jelas tentang budaya lokal karena mengaburkan batas antara fakta dan ilusi. Adalah penting untuk menghindari pencitraan yang disengaja untuk memenuhi harapan wisatawan tanpa mempertimbangkan nilai dan pentingnya budaya yang sebenarnya.

Integritas dan keasliannya akan hilang jika praktik budaya menjadi "produk" yang dapat dibeli. Mengambil tindakan sederhana untuk menarik perhatian turis dapat merusak budaya penting dan mengurangi kebanggaan masyarakat setempat terhadap tradisi.

Pemasukan pariwisata yang tidak merata dapat menyebabkan ketidaksetaraan ekonomi di desa. Meskipun sebagian besar warga desa masih hidup dalam kondisi ekonomi yang sulit, sebagian kecil masyarakat, terutama yang bekerja langsung di sektor pariwisata, mungkin mendapatkan keuntungan besar. Keterbatasan ini dapat memengaruhi akses masyarakat ke pendidikan, layanan kesehatan, dan kesempatan ekonomi lainnya.

Selain itu, ketidaksetaraan ekonomi dapat memicu konflik sosial di antara warga desa. Rasa tidak puas, kebencian, dan perselisihan sosial dapat muncul sebagai akibat dari perbedaan pendapatan yang signifikan. Ini dapat merusak struktur sosial dan mengganggu keseimbangan masyarakat setempat, sehingga menarik wisatawan.

Desa wisata yang tidak berkembang dengan baik dapat menghadapi sumber daya yang tidak stabil, terutama jika tidak ada pengelolaan yang baik. Infrastruktur yang tidak terawat dapat rusak, dan sumber daya alam dapat habis terkuras.

Selain itu, desa wisata yang terlalu berfokus pada perdagangan berisiko mengubah gaya hidup penduduk setempat. Dengan mengadopsi praktik konsumtif yang diperlukan untuk memenuhi permintaan wisatawan, seperti toko suvenir dan restoran besar, tata nilai tradisional dapat berubah. Ini juga dapat menempatkan masyarakat lokal di bawah tekanan untuk menyesuaikan diri dengan permintaan pariwisata.


Seiring dengan pertumbuhan sektor pariwisata, biaya hidup di desa dapat meningkat secara signifikan. Harga properti dan biaya kehidupan sehari-hari mungkin meningkat bagi pemilik tanah. Sebagian orang dapat dikeluarkan dari komunitas jika mereka tidak dapat menanggung beban keuangan yang meningkat.

Mengelola desa wisata membutuhkan perencanaan yang cermat, partisipasi masyarakat, dan pengawasan yang baik. Desa wisata hanya dapat menjadi "korban" dari daya tarik wisata yang seharusnya menguntungkan jika mereka tidak melakukan upaya serius untuk mengatasi risiko yang terkait dengannya.

Dibutuhkan pendekatan yang seimbang yang mempertimbangkan kesejahteraan masyarakat setempat, keberlanjutan, dan budaya untuk memastikan pertumbuhan yang menguntungkan tanpa menghilangkan efek negatifnya.

Posting Komentar

0 Komentar

HEADLINE ARTIKEL

Cara Mengirimkan Artikel Publikasi di Majalah Pendidikan dan Dakwah