Muhammad Bukhori Dasopang, NIM. 2350100021, mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam, Pascasarjana Program Magister UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan
Kita semua tahu bahwa pendidikan Indonesia memiliki masalah yang begitu kompleks. Mulai dari masalah perundungan di sekolah, sumber daya yang tidak merata, sampai apresiasi terhadap guru-guru di daerah yang dirasa masih kurang. Belum lagi mengenai tingkat literasi di Indonesia yang masih sangat rendah. Dikutip dari laman resmi DPR RI, menurut penilaian berdasarkan Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM), skor Indonesia pada tahun 2022 sebesar 64,48 dari skala 1-100. Angka tersebut dinilai masih belum menggembirakan dan terus menjadi masalah nasional yang memprihatinkan.
Membahas tentang masalah-masalah yang sering kita temui dalam dunia pendidikan, seperti contohnya yang dikemukakan oleh salah satu artis selebritis tanah air Ayunda Faza Maudya atau yang dikenal dengan nama Maudy Ayunda. Beliau adalah salah satu artis muda berprestasi yang ada di Indonesia. Bisa dibilang bahwa Maudy Ayunda adalah salah satu kebanggaan Indonesia. Tidak hanya sukses di bidang entertainment saja, Maudy juga tidak meninggalkan dunia pendidikannya.
Maudy Ayunda sudah meluncurkan sebuah buku. Buku tersebut berjudul A Of Fables. Buku ini diluncurkan pada tahun 2005 silam. Menurut pandangan Maudy, sebuah evaluasi pendidikan yang efektif seharusnya mengusung model pertanyaan terbuka atau yang sering disebut sebagai open ended questions, bukan soal pilihan ganda.
Maudy percaya bahwa penyajian pertanyaan terbuka akan memberikan dampak positif terhadap cara siswa belajar, dan akan menginspirasi cara guru mengajar. "Jika evaluasi pendidikan mengadopsi model pertanyaan terbuka, bukan soal pilihan ganda, maka cara belajar siswa akan berbeda, dan metode pengajaran guru juga akan berubah," jelas Maudy Ayunda. Menurutnya, soal pilihan ganda hanya membuat siswa-siswi cenderung menghafal saja, bukan menganalisa. "Bisa dibilang aku pasti akan mengubah satu assessment (evaluasi pendidikan)”.
Maudy Ayunda mengklaim sistem evaluasi pendidikan di Indonesia selama ini kurang membuat siswa-siswi berpikir kritis. Jika sistem pilihan ganda dihapuskan maka pendidikan di Indonesia akan berubah. Bicara mengenai kemudahan dalam belajar, semestinya kita melihat dan mempertimbangkan pembelajaran tersebut kepada siapa tujuannya. Apa yang harus kita buat dan bagaimana mengevaluasinya. Setiap soal memiliki tingkat kesukaran dari soal-soal yang telah dirancang, baik soal berbentuk pilihan ganda maupun soal berbentuk essay.
Keunggulan dalam pertanyaan pilihan ganda termasuk kemampuannya untuk mengukur berbagai tingkat pengetahuan (kognisi). Selain itu, evaluasi pertanyaan pilihan ganda dapat dilakukan dengan mudah, efisien, dan tidak terpengaruh oleh faktor subjektif. Format pertanyaan ini juga sangat sesuai untuk tes dengan jumlah peserta yang besar atau bersifat masal. Di sisi lain, kekurangan dalam pertanyaan pilihan ganda mencakup kebutuhan waktu yang cukup lama untuk menyusun pertanyaan, kesulitan dalam menciptakan pilihan jawaban yang seragam, dan adanya potensi bagi peserta untuk menebak jawaban yang benar.
Setelah melihat dan mempertimbangkan dari apa yang telah dikemukakan oleh Aktris Maudy Ayunda. Ternyata banyak yang tidak setuju dengan pendapatnya itu. Banyak guru yang membantah pernyatan tersebut lantaran keinginannya dinilai sangat tidak realistis dengan kondisi pendidikan di Indonesia. Mestinya dia menyampaikan pesan mengenai pendidikan nasional yang lebih penting, misalnya soal angka literasi dan numerisasi. Seperti yang kita ketahui, satu dari dua anak kita belum mencapai kemampuan minimal di bidang literasi dan numerisasi.
Kita tidak bisa menutup mata terhadap fakta di lapangan, dimana satu guru di sekolah negeri sangat mungkin mengajar sampai 10 kelas. Dengan jumlah siswa sekitar 40 orang per kelas. Apa yang dikatakan Maudy hanya persoalan teknis yang dibahas. Maudy tidak bisa merasakannya apabila mengajar di SD Negeri, atau jenjang lainnya, yang satu guru bisa mengajar 10-15 kelas. Soal pilihan ganda dipilih bukan tanpa alasan, jika soalnya berbentuk pilihan berganda, maka waktu guru lebih mudah dalam tahap pengoreksian.
Bisa kita lihat dan kita bayangkan apabila semua soal berbentuk essay, maka tingkat kinerja seorang guru akan bertambah dibandingkan pengoreksian soal berbentuk pilihan berganda. Oleh karena itu, pendapat yang telah dikemukakan dari Maudy Ayunda tidak memberikan umpan balik atau respon yang baik dari kalangan masyarakat, terkhusus di kalangan pendidik. Penghapusan soal pilihan berganda akan menyulitkan bagi seorang guru ketika memberikan evaluasi kepada peserta didik mereka, khususnya koreksi dari evaluasi pembelajaran.
1 Komentar
Memang sulit mengubah pola pendidikan yang sebelumnya sudah dizona nyaman, tapi jika kita memulai hal yang sulit, maka perubahan semakin lebih baik.
BalasHapusSilakan tinggalkan komentar Anda