Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

.

Penyebab dan Dampak Bullying Dalam Dunia Pendidikan


Penulis:

Sulisniati, Mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam

Pascasarjana Program Magister UIN Syahada Padangsidimpuan 

 

Pergaulan dalam dunia pendidikan yang akhir-akhir ini menjadi sorotan dan topic perbincangan. Bahkan ketakutan dari peserta didik, orang tua, dan tenaga didik yaitu adanya bullying yang terjadi di antara peserta didik di institusi pendidikan. Isu bullying ini menjadi salah satu isu pendidikan yang sangat hangat dibicarakan, karena bullying ini telah memberikan dampak negatif dalam dunia pendidikan saat ini.

Salah satu contoh bullying yang menjadi bahan perbincangan adalah pembullyan yang terjadi di salah satu SMP di Cilacap, Jawa Tengah. Pembullyan itu beredar lewat rekaman video. Video tersebut menunjukkan aksi kekerasan (bully) yang dilakukan oleh sekelompok siswa terhadap seorang siswa yang merupakan adik kelas pelaku. Pelaku melakukan bullying dengan menampar, memukul, menendang korban sampai korban tergeletak. Akibat kejadian bullying tersebut, korban mengalami cedera dan harus dirawat secara intensif di rumah sakit dan korban mengalami trauma.

 Bullying bukan hanya terjadi pada sekolah menengah saja, tetapi juga sudah menjangkit ke sekolah tingkat dasar. Salah satu contoh adalah seorang siswa SD melompat dari lantai 4 sekolahnya yang berlokasi di Petukangan Utara, Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Peristiwa itu terjadi karena anak tersebut mengalami perundungan (pembullyan) di sekolah itu.

Berdasarkan kejadian bullying yang terjadi di atas menunjukkan bullying yang terjadi di lingkungan sekolah sudah sangat membahayakan. Sebab, telah melakukan kekerasan baik dari segi fisik maupun psikis korban bullying sehingga mengakibatkan trauma. Islam sangat membenci perilaku bullying apapun bentuknya, dan hukum bullying dalam Islam adalah haram. Alasan kenapa bullying itu haram, karena termasuk sikap dan perilaku menyakiti orang lain dengan sengaja.

Sebagaimana dalam Qur’an Surah Al-Hujarat ayat 11 yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih dari mereka (yang mengolok-olokkan), dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan), dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim”.  

 

Larangan melakukan bully atau perundungan tentu saja sangat tepat. Sebab, jika dilihat bully bukan hanya menimbulkan perasaan malu, perasaan sakit hati, sakit fisik bagi korbannya, namun terselip juga perasaan bahwa orang yang membully lebih baik dari pada yang dibully. Kemudian, bully adalah salah satu karakter masyarakat pada zaman Rasulullah yang kerap membully dengan pengelompokkan kasta, sosial, jabatan dan bahkan warna kulit.

Faktor terjadinya bullying antar lain: Keluarga. Bullying seringkali dilakukan oleh individu yang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang mengalami masalah. Situasinya bisa melibatkan orang tua yang cenderung memberikan hukuman berlebihan kepada anak-anaknya atau berada dalam kondisi keluarga yang penuh dengan kekerasan. Anak-anak bisa meniru perilaku bullying ketika mereka menyaksikan konflik-konflik yang terjadi dalam keluarganya dan yang terjadi pada diri mereka sendiri.

Sekolah, pihak sekolah seringkali mengabaikan tindakan bullying, maka anak-anak yang menjadi pelaku bullying akan merasa diberikan dukungan untuk melakukan perilaku intimidasi terhadap orang lain. Oleh karena itu, kita dapat menyaksikan di berbagai platform media massa dan media sosial yang menyajikan informasi kasus-kasus bullying di sekolah. Pelaku dan korbannya masih kategori anak di bawah umur.

Faktor kelompok sebaya. Saat berinteraksi di lingkungan sekolah dan dengan teman-teman di sekitar tempat tinggal, anak-anak terkadang merasa tekanan untuk terlibat dalam tindakan bullying. Beberapa anak mungkin melakukan perilaku bullying dengan tujuan membuktikan bahwa mereka bisa diterima dalam suatu kelompok tertentu. Pelaku melakukan bullying bukan faktor kenakalan tetapi hanya untuk sebuah pengakuan social dari lingkungan dan kelompoknya.

Kondisi lingkungan sosial seperti kemiskinan dapat menyebabkan terjadinya bullying. Kemiskinan merupakan salah satu faktor lingkungan sosial yang dapat menyebabkan tindakan bullying yang lebih besar. Individu yang mengalami kemiskinan sering kali dipaksa untuk melakukan tindakan yang ekstrem demi memenuhi kebutuhan hidup mereka, sehingga bukanlah hal yang mengejutkan jika intimidasi antar siswa sering terjadi di lingkungan sekolah. Namun, selain itu, tindakan bullying juga dapat terjadi ketika siswa dari keluarga berkecukupan merasa superior dan merendahkan siswa yang berasal dari keluarga yang kurang mampu.

Terakhir, tayangan televisi dan media cetak menjadi penyebab terjadinya bullying. Pola perilaku bullying dapat dipengaruhi oleh konten yang ditampilkan di televisi dan media cetak. Data survei yang dilakukan oleh Kompas mengungkapkan bahwa sebanyak 56,9% anak meniru tindakan yang mereka saksikan dalam tayangan tersebut. Mereka meniru gerakan sebanyak 64% dan penggunaan kata-kata sebanyak 43%.

Bullying dapat menyebabkan rendahnya tingkat kehadiran siswa, menurunnya nilai akademik siswa, menurunnya IQ siswa, hilangnya kepercayaan diri siswa, meninggal dunia akibat kekerasan fisik serta memicu terjadinya gangguan mental. Dampak bullying bagi pelaku adalah terbiasa melakukan kejahatan, empati yang semakin tumpul, meningkatnya perilaku agresif dan mendapatkan label negatif dari masyarakat. Itulah beberapa dampak bullying yang bisa dialami oleh korban maupun pelaku bullying.

Kesimpulannya adalah penindasan, perundungan, atau bullying yang terjadi di institusi pendidikan menjadi perilaku buruk yang memberikan dampak negatif. Berbagai bentuk dari perilaku bullying, mulai dari verbal, non verbal, hingga tindakan fisik yang tentunya ini semua bisa berdampak pada kehidupan korban dan pelaku. Harus ada usaha dan tindakan yang cepat dan serius dari tenaga pendidik/guru, siswa, dan orang tua siswa di suatu institusi.

Posting Komentar

0 Komentar

HEADLINE ARTIKEL

Cara Mengirimkan Artikel Publikasi di Majalah Pendidikan dan Dakwah