Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

.

Rancang Bangun Pengembangan Ilmu Dakwah Integratif-Interkonektif

 

Mendesain ulang pemahaman keilmuan Dakwah sebagaimana yang sudah disinggung di bab sebelumnya dapat dilihat pada bagan 3.2. 

Bagan 3.2 merupakan pemahaman dari hadis Nabi Muhammad Saw yang selama ini sangat dikenal oleh akademisi Fakultas Dakwah.[1] Pemahaman selama ini bahwa hadis tersebut dijadikan sebagai dalil dari metode Dakwah. Ada tiga metode Dakwah dalam mencegah kemungkaran, yaitu mengubah kemungkaran dengan tangannya sendiri, dan mencegah kemungkaran dengan perkataan (lisan). Tambahan lagi, mencegah kemungkaran dengan cara mendoakan agar para pelaku kemungkaran bertaubat dan mendapatkan hidayah. Pemahaman Dakwah secara konvensional ini masih sangat terbatas untuk diabstraksi ke konsep-konsep nyata, semisal tangan yang disebut dalam hadis itu dipahami sebagai kebijakan politik dan kebijakan sosial, kekuasaan itu dipahami sebagai kekuatan politik, ekonomi dan sosial. Namun, akademisi Dakwah bukanlah ahli politik, bukan pakar ekonomi, dan bukan pengamat sosial. Akademisi dan praktisi Dakwah adalah aktivis umat dengan basis agama. Pengetahuan dan keterampilan mereka terhadap isu-isu tersebut hanyalah pragmatis. Dia adalah aktivis yang menyuarakan keadilan dalam ekonomi, memperjuangkan kebijakan yang berpihak pada masyarakat, dan menyerukan penghapusan terhadap segala bentuk penindasan, dan lain-lain sebagainya. Oleh karena itu, disiplin ilmu yang cocok adalah Social Work. Demikian juga dengan Dakwah dengan lisan itu dapat dipahami sebagai komunikasi baik lisan, tulisan, dan digital. (Selanjutnya silahkan baca pada referensi, miliki bukunya.....).



[1] Bagan 3.2 tersebut diabstraksi dari hadis berikut ini: “Dari Abu Sa’id al-Khudry ia telah berkata, “Aku telah mendengar Nabi Muhammad Saw., bersabda: Barangsiapa di antara kamu yang melihat/menyaksikan kemungkaran maka ubahlah ia (kemungkaran) itu dengan tangannya. Apabila dia tidak sanggup, maka hendaknya mengubah kemungkaran itu dengan lisannya. Apabila dia juga tidak sanggup, maka ubahlah (kemungkaran itu) dengan hati (berdo’a). Ingatlah, itu adalah selemah-lemahnya iman. (HR. Muslim).”

 

Referensi:

Dianto, Icol, Integrasi Ilmu Dakwah dengan Social Work: Dinamika Sejarah, Model Integrasi dan Titik Temu Ilmu Dakwah dengan Social Work di Perguruan Tinggi, Indonesia, Tangerang Selatan: Dialektika, 2022. https://dialektika.or.id/publikasi/integrasi-ilmu-dakwah-dan-social-work-dinamika-sejarah-model-integrasi-dan-titik-temu-ilmu-dakwah-dengan-social-work-di-perguruan-tinggi-indonesia/


 

 

Posting Komentar

0 Komentar

HEADLINE ARTIKEL

Cara Mengirimkan Artikel Publikasi di Majalah Pendidikan dan Dakwah