Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

.

Antara Anak dan Orang Tua

Sumber foto: www.istockphoto.com

Penulis: Ida Royani, M.Hum

Dosen pada Program Studi Tadris Bahasa Inggris, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan  UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan

Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahi Robbil‘alamin. Washsholatu wassalamu ala sayyidana Muhammad wa ala ali Muhammad. Anak adalah anugrah terindah dari Sang Pencipta, hadiah pernikahan yang patut disyukuri kehadirannya. Sang buah hati yang menjadi pelipur lara dan investasi akhirat dengan mendidiknya. Seharusnya setiap manusia memahami pentingnya keberadaan seorang anak.

Anak juga membawa fitrahnya sendiri yang suci dan tiada noda layaknya kertas putih. Kepolosan dan kejernihan perasaan membuat anak menjadi lucu dan menggemaskan. Sehingga saat bersamanya, segala dusta dan kebohongan alibi emosi terlekang sementara. Walaupun selanjutnya keadaan mungkin tidak berubah tetapi pikiran bisa kembali tenang dan terkendali.

Orang tua dalam hal ini memiliki potensi yang sangat baik untuk dapat memanfatkan momen seperti ini dalam rumah tangga. Kesibukan di luar rumah, kepentingan yang kian mendesak, ataupun kelelahan yang terus-menerus adalah asupan rutin dalam kehidupan. Beruntungnya, keadaan tersebut dapat dinetralisasi dengan aktifitas rumah bersama anak.

Melihat situasi yang terjadi belakangan ini dengan orang tua, justru men ’charge’ energi dengan berada di luar. Sayangnya, keberadaan anak dalam rumah tidak dianggap sebagai penawar atas keletihan yang dirasakan seharian. Biasanya para orang tua akan pergi ke tempat nongkrong untuk hanya sekedar berbincang dengan teman, tertawa lepas, menikmati sisa sore hari dengan makanan ringan atau kopi dan sejenisnya. Semua yang dilakukan itu tidaklah dapat mengembalikan energi yang terpakai seharian.

Ditambah lagi dalam bergaul terdapat banyak hal yang mungkin saja dapat terjadi dan berefek negatif kepada individunya masing-masing. Misalnya, kurang gerakan badan, uang habis, waktu sholat terlambat atau malah ketinggalan, bergosip, saling puji memuji, membahas hal pribadi dan sebagainya. Karena perkumpulan yang seperti ini tidak akan biasa membahas peningkatan karir atau berbagi nasihat maupun saran. Ini disebabkan karena kegiatan selepas pulang dari tempat kerja hanya dilakukan untuk tidak memikirkan pekerjaan dan semisalnya. Oleh karena itu, efek buruk ini amat rentan terjadi dalam situasi yang demikian.

Tak hanya itu, dari sudut pandang anak, terdapat banyak persepsi atas kegiatan sepulang kerja tersebut, yakni anak sudah sedari tadi menunggu kehadiran orang tuanya. Terdapat dua scene yang berbeda, yang akan mengenyuhkan perasaan antara orang tua dan anaknya. Di luar orang tua bercanda ceria dengan teman, sedangkan anak menunggunya harap-harapan akan kedatangan orang tuanya pulang kerja.

Maka dari itu, perlu disimak bersama oleh para orang tua, bahwa bau keringat sisa bekerja itu sangatlah dirindukan oleh anak di rumah. Anak akan mengingatnya, terekam oleh memorinya, peluh orang tua mencari nafkah untuk mendidik dan membesarkannya.

Selain itu, para orang tua juga hendaknya memahami bahwa anak dapat mentransfer energi positif saat bersama bermain, sedikit bercerita tentang hari yang dilalui atau dengan makan bersama. Sebab, dalam kaca mata anak, orang tua adalah segalanya, dunianya, dan prioritasnya. Alangkah indah jika pihak orang tua mampu menangkap pesan anak tersebut. Sehingga harapan menjadi keluarga harmonis dapat dicapai.

Sebagai hadiah yang sangat berharga, seyogyanya anak diperlakukan secara special oleh orang tuanya. Tidak perlu membelikan mainan mahal, cukup dengan main tepuk-tepuk atau kuda- kudaan saja, anak sudah sangat senang betul. Tidak perlu pergi liburan menghabiskan waktu cuti dengan uang yang banyak, cukup dengan jogging pagi atau sore bersama anak di sekitar halaman rumah, itu sudah membuat anak betul-betul kegirangan. Tidak perlu memesan makan mahal dan enak di restoran untuk makan malam bersama, cukup dengan telor ceplok buatan sendiri di rumah dan dihidang bersama sudah membuat anak menikmati makan malam. Tidak perlu membawanya bermain air di waterboom dengan perosotan air dan kora- koranya. Cukup dengan menyiram tanaman di depan rumah dengan selang air yang dipercikkan ke sana kemari seperti hujan buatan sudah mampu membuat anak tertawa riang gembira.

Lalu, sebenarnya ekspektasi siapa yang menjadikan semua rumit dan meletihkan?

 

Posting Komentar

0 Komentar

HEADLINE ARTIKEL

Cara Mengirimkan Artikel Publikasi di Majalah Pendidikan dan Dakwah