Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

.

Prof. Dr. Irta Sulastri, M.Si: Pakar Komunikasi Yang Beberkan Dramaturgi Pengemis

Narasi dan Foto: Erwin Efendi, Mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Pascasarjana UIN Syahada Padangsidimpuan

 

Pada tanggal 25 Mei 2023, Gedung Rektorat Universitas Islam Negeri (UIN) Syahada Padangsidimpuan menjadi saksi diskusi intelektual yang sangat berharga. Acara yang berlangsung di ruang seminar ini menghadirkan seorang akademisi terkemuka, Prof. Dr. Irta Sulastri, M.Si, guru besar dari UIN Imam Bonjol Padang, sebagai dosen tamu. Diskusi ini tidak hanya menjadi momen pertukaran ilmu, tetapi juga memperlihatkan bagaimana teori-teori sosial dapat diaplikasikan secara konkret dalam kehidupan sehari-hari, khususnya melalui studi kasus pengemis di Kota Padangsidimpuan.

Prof. Dr. Irta Sulastri memilih tema yang cukup menarik dan unik untuk dibahas, yakni "Teori Dramaturgi" dengan fokus studi kasus pada pengemis di Kota Padangsidimpuan. Teori Dramaturgi yang pertama kali diperkenalkan oleh Erving Goffman ini, pada dasarnya mengemukakan bahwa kehidupan sosial adalah serangkaian pertunjukan di mana individu berperan seperti aktor di atas panggung. Setiap individu memainkan perannya dalam "panggung depan" dan "panggung belakang," di mana mereka menyajikan diri mereka berbeda tergantung pada konteks sosial yang dihadapi.

Dalam studinya, Prof. Dr. Irta Sulastri menganalisis bagaimana pengemis di Kota Padangsidimpuan menggunakan taktik tertentu untuk mempengaruhi emosi orang lain demi mendapatkan sedekah. Ia menjelaskan bahwa para pengemis ini tidak hanya sekedar meminta-minta, tetapi mereka secara sadar berperan dalam sebuah "drama" yang bertujuan untuk membangkitkan rasa kasihan dari para dermawan. Melalui ekspresi wajah yang memelas, penampilan yang sengaja dibuat lusuh, dan cara berbicara yang pelan dan penuh harap, mereka memainkan peran sebagai individu yang sangat membutuhkan bantuan.

Studi yang dilakukan oleh Prof. Dr. Irta Sulastri ini kemudian berhasil diangkat menjadi sebuah artikel ilmiah dan dipublikasikan di jurnal internasional bereputasi. Hal ini tidak hanya menunjukkan kredibilitas akademik dari penelitian tersebut, tetapi juga menegaskan bahwa fenomena sosial yang terjadi di sekitar kita, jika dianalisis dengan pendekatan ilmiah yang tepat, dapat memberikan wawasan yang mendalam tentang perilaku manusia.

Dalam diskusi tersebut, Prof. Dr. Irta Sulastri memaparkan bahwa pengemis pada dasarnya memanfaatkan aspek-aspek dramaturgis untuk menciptakan sebuah realitas yang diinginkan. Pengemis, seperti aktor di atas panggung, tidak selalu menunjukkan keadaan dirinya yang sebenarnya. Mereka mengubah ekspresi psikologis mereka, mengatur gerakan tubuh, serta mengontrol nada suara untuk menciptakan impresi tertentu. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar orang lain, dalam hal ini para calon pemberi sedekah, merespon sesuai dengan harapan mereka, yaitu dengan memberikan uang atau barang.

Selama diskusi berlangsung, para peserta, yang terdiri dari 12 mahasiswa dan Kaprodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Dr. Icol Dianto, M.Kom.I, tampak sangat antusias. Para mahasiswa tidak hanya mendengarkan, tetapi juga terlibat aktif dalam sesi tanya jawab. Salah satu mahasiswa, misalnya, bertanya tentang bagaimana pengemis bisa sedemikian terampil dalam memainkan peran mereka. Prof. Dr. Irta Sulastri menjelaskan bahwa kemampuan ini bukanlah sesuatu yang muncul secara tiba-tiba. Para pengemis, terutama yang sudah berpengalaman, telah belajar dan mengamati apa yang paling efektif dalam menarik perhatian dan simpati orang lain. Ini adalah hasil dari proses trial and error yang panjang.

Lebih lanjut, Prof. Dr. Irta Sulastri juga membahas tentang dampak sosial dari perilaku pengemis yang berperan dalam "drama" ini. Ia menekankan bahwa meskipun tindakan tersebut dapat dimaklumi dari sudut pandang survival, namun ada sisi etis yang perlu dipertimbangkan. "Ketika seseorang berpura-pura menjadi lebih miskin atau lebih membutuhkan daripada kenyataannya, ini bisa menimbulkan pertanyaan moral. Apakah ini adil bagi mereka yang benar-benar membutuhkan, tetapi tidak memiliki keterampilan 'dramaturgis' yang sama?" tanya Prof. Irta retoris.

Di sisi lain, diskusi ini juga membuka mata para peserta mengenai betapa kompleksnya dinamika sosial di masyarakat. Pengemis, yang seringkali dilihat sebagai bagian dari masyarakat yang paling terpinggirkan, ternyata memiliki agen yang kuat dalam membentuk bagaimana mereka dipersepsikan oleh orang lain. Ini menantang pandangan tradisional bahwa pengemis adalah individu pasif yang hanya menunggu uluran tangan. Sebaliknya, mereka aktif mengkonstruksi citra diri mereka untuk mencapai tujuan tertentu.

Dr. Icol Dianto, M.Kom.I, sebagai Kaprodi KPI, juga memberikan pandangannya terkait diskusi tersebut. Ia menekankan pentingnya pemahaman teori-teori sosial seperti Dramaturgi bagi mahasiswa, khususnya dalam bidang komunikasi dan penyiaran. Menurutnya, kemampuan untuk memahami dan menganalisis bagaimana individu mempresentasikan diri mereka dalam berbagai konteks sosial adalah keterampilan yang sangat berharga, baik dalam dunia akademis maupun profesional. Ia juga mengapresiasi Prof. Dr. Irta Sulastri yang telah berbagi ilmu dan pengalamannya dalam forum ini.

Diskusi dosen tamu dengan Prof. Dr. Irta Sulastri ini bukan hanya sekadar menambah wawasan bagi para mahasiswa dan dosen yang hadir, tetapi juga memicu refleksi yang mendalam tentang bagaimana kita memandang fenomena sosial di sekitar kita. Melalui pendekatan dramaturgis, kita diajak untuk melihat bahwa di balik setiap tindakan sosial, terdapat lapisan-lapisan makna yang kompleks dan kadang-kadang tersembunyi. Diskusi ini menjadi pengingat bahwa ilmu pengetahuan, khususnya ilmu sosial, memiliki peran penting dalam memahami dan mengurai kompleksitas dunia nyata.

Acara ini berakhir dengan apresiasi yang tinggi dari semua peserta terhadap Prof. Dr. Irta Sulastri, yang telah membawakan materi dengan sangat baik dan memprovokasi pemikiran kritis di kalangan peserta. Diharapkan, diskusi seperti ini akan terus diadakan di masa depan, guna memperkaya wawasan dan memperdalam pemahaman mahasiswa tentang teori dan aplikasi ilmu sosial dalam kehidupan sehari-hari.

 

Posting Komentar

0 Komentar

HEADLINE ARTIKEL

Cara Mengirimkan Artikel Publikasi di Majalah Pendidikan dan Dakwah