تَبَٰرَكَ ٱلَّذِي بِيَدِهِ ٱلۡمُلۡكُ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٌ ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلۡمَوۡتَ وَٱلۡحَيَوٰةَ لِيَبۡلُوَكُمۡ أَيُّكُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلٗاۚ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡغَفُورُ ٱلَّذِي خَلَقَ سَبۡعَ سَمَٰوَٰتٖ طِبَاقٗاۖ مَّا تَرَىٰ فِي خَلۡقِ ٱلرَّحۡمَٰنِ مِن تَفَٰوُتٖۖ فَٱرۡجِعِ ٱلۡبَصَرَ هَلۡ تَرَىٰ مِن فُطُورٖ ثُمَّ ٱرۡجِعِ ٱلۡبَصَرَ كَرَّتَيۡنِ يَنقَلِبۡ إِلَيۡكَ ٱلۡبَصَرُ خَاسِئٗا وَهُوَ حَسِيرٞ
Kegiatan observasi merupakan perintah agama. QS. Al-Mulk: 1-4 menggambarkan bahwa observasi mesti dilakukan secara berulang (reobservation) hingga kita mendapatkan data atau informasi yang hendak dicapai. Para ahli di bidang metodologi menyebutnya observasi secara mendalam (intensive observation).
Observasi merupakan kegiatan pengamatan secara cermat. Observasi menjadi metode pengumpulan data utama yang dapat dilakukan untuk mengumpulkan data primer pada penelitian kualitatif dan pengumpulan data sekunder (pendukung) pada penelitian kuantitatif. Definisi observasi secara sederhana dapat diartikan sebagai aktivitas mengamati atau memperhatikan dengan cermat terhadap suatu objek yang diteliti. Apabila seorang peneliti hanya melihat selayang pandang suatu peristiwa atau hanya sekedar hadir melihat dan menyaksikan suatu fenomena peristiwa maka belum dapat hal itu dikatakan sebagai observasi.
Observasi merupakan kegiatan sadar dan disengaja. Peneliti menyadari bahwa dirinya sedang melakukan observasi tentang suatu objek penelitian sehingga dia mengetahui apa yang akan diobservasi. Secara sengaja maksudnya peneliti melakukan observasi dalam pengertian bahwa observasi itu sudah direncanakan. Format observasi sudah disiap-sediakan sebelum si peneliti melakukan observasi.
Dalam beberapa literatur metodologi penelitian, observasi dijabarkan secara panjang lebar. Ada observasi partisipan, non-partisipan, dan observasi digital (digital observation). Observasi partisipan ditandai dengan keterlibatan peneliti secara langsung. Kalau dia kegiatan maka peneliti ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. Misal gotong-royong, maka disebut sebagai observasi partisipan apabila peneliti ikut serta bergotong-royong. Biasanya observasi partisipan dapat juga dipahami sebagai observasi langsung. Maksud dari observasi langsung adalah observasi yang secara langsung dilakukan oleh peneliti. Meski ada juga yang membedakan namun kedua jenis observasi ini saling berkelindan. Sederhananya, jika peneliti secara langsung melakukan observasi ke lapangan maka dia sebenarnya telah melakukan observasi partisipan karena dia terlibat secara langsung dalam kegiatan observasi.
Ada yang bertanya, kata partisipan itu ditandai adanya keterlibatan. Jika peneliti mengobservasi kegiatan seperti gotong-royong, ceramah, tabligh akbar, dan kegiatan musyawarah lainnya. Observasi partisipan terjadi bila peneliti ikut aktif dalam kegiatan tersebut. Peneliti digolongkan sebagai non-partisipan jika peneliti tidak ikut aktif namun hanya datang mengamati saja. Bagi penulis, meskipun peneliti hanya duduk manis mengamati di lokasi kegiatan namun dia tetap telah melakukan observasi partisipan. Hal ini disebabkan panca indera dari peneliti secara aktif berinteraksi dengan data dan informasi di lapangan.
Observasi non-partisipan terjadi jika peneliti tidak ikut terlibat dalam kegiatan observasi. Peneliti dapat saja mewakilkan kepada asisten peneliti atau petugas lapangan untuk mengobservasi kegiatan yang diteliti. Atau, peneliti bisa mengobservasi suatu kegiatan yang diperlukan melalui rekaman video atau audio. Jadi, jelas peneliti tidak terlibat langsung. Oleh karena itu, observasi non-partisipan dapat juga disebut sebagai observasi tidak langsung.
Misalkan kita ingin mengobservasi sholat berjamaah di masjid. Data yang hendak diambil adalah motivasi masyarakat untuk sholat berjamaah ke masjid. Maka dari itu, peneliti atau observer berfokus pada tujuan observasinya. Pertama, amatilah kesiapan masyarakat untuk datang ke masjid. Apakah masyarakat sudah ke masjid sebelum adzan dikumandangkan? Apakah masyarakat datang ke masjid saat adzan dikumandangkan? Apakah masyarakat datang ke masjid saat iqomah dimulai? Apakah masyarakat datang ke masjid saat sholat sudah dimulai? Kedua, amati secara mendalam jumlah jamaah. Apakah masyarakat yang ikut sholat berjamaah banyak sebanding dengan jumlah kepala keluarga di desa tersebut? Apakah jumlah jamaah tetap atau berkurang? Apakah ada waktu sholat tertentu jamaahnya banyak atau sedikit. Apakah jamaah yang datang ke masjid konstan (jamaah tetap atau itu-itu saja orangnya)? Ketiga, data pendukung lain berkaitan dengan suasana lingkungan dan suasana masjid, imam sholat dan bacaan surah pendek dalam sholat berjamaah. Hal ini perlu sebagai informasi pendukung.
Untuk mendapatkan informasi sebagaimana disebutkan di atas tidak bisa hanya melakukan observasi satu kali saja. Sebagai pembimbing dan penguji skripsi dan tesis, saya selalu memperhatikan ini. Seringkali mahasiswa hanya membuat satu kali observasi. Paling banyak dua kali untuk dua aktivitas yang berbeda. Artinya, satu kegiatan hanya dilakukan sekali observasi. Jika demikian adanya, maka mahasiswa diminta untuk melakukan observasi kembali. Bagaimana mungkin Anda bisa mengambil informasi yang tepat atau data yang akurat dengan hanya sekali pengamatan? Apa lagi terhadap objek yang dinamis (selalu berubah-ubah), mesti kita lakukan observasi berulang kali.
Peneliti yang akan melakukan kegiatan observasi haruslah mempersiapkan pedoman observasi. Harus jelas siapa yang mengobservasi, apa yang diobservasi, kapan dan dimana observasi dilakukan, dan apa catatan hasil observasinya. Ada yang menyebut ini sebagai fieldnote. Lihat tabel pedoman observasi dalam artikel ini. Blanko observasi harus disiapkan terlebih dahulu dan diisi dengan jujur dan benar. Peneliti tidak boleh merekayasa atau manipulatif data. Memang peneliti tidak harus mencatat langsung pada lembaran observasinya saat berada di lapangan. Namun, sebaiknya peneliti segera menuliskan hasil pengamatannya. Hal itu dianjurkan supaya peneliti terhindar dari kelupaan.
Blanko observasi wajib dilampirkan di bagian akhir dari karya penelitian skripsi kita. Jika kita melakukan observasi 5 kali maka lima blanko pula yang kita lampirkan, begitu seterusnya. Paling penting adalah data observasi yang telah diambil itu haruslah digunakan dalam menuliskan laporan hasil penelitian. Kalau peneliti melakukan observasi 5 kali maka nanti harus ada pula footnote atau bodynote sebanyak 5 kali yang menampilkan setiap temuan observasi. Jadi, tidak benar jika peneliti hanya menyampaikan dengan pengakuan lisan saja bahwa dia telah melakukan observasi. Terkadang aneh juga, peneliti yang di awal menyatakan bahwa observasi sebagai salah satu teknik pengumpulan data namun di bagian hasil tidak mencantumkan data dari hasil observasi.
Tabel 1 Contoh Lembar Observasi
Penelitian tentang Motivasi Masyarakat Untuk Mengikuti Sholat Subuh Berjamaah
Nama Kegiatan |
Observasi 1* |
Hari/Tanggal/Tahun |
Jumat, 3 Mai 2024* |
Waktu |
Pukul 04.15-05.30 WIB*
|
Observer |
1. Icol Dianto* 2. Dst.
|
Lokasi |
Kompleks Perumahan Indah Lestari* |
Objek yang diamati |
Kuantitas Jamaah Masjid* |
Fokus Pengamatan |
Beberapa pertanyaan yang mungkin bisa anda ajukan kepada diri anda sendiri dan kemudian anda carikan jawabannya melalui pengamatan/observasi.
Apakah masyarakat bersegera ke masjid? Apakah masyarakat datang terlambat? Apakah masyarakat banyak yang sholat berjamaah ke masjid? Apakah jumlah jamaah selalu bertambah, tetap, atau berkurang? Apakah jamaahnya hanya itu-itu saja orangnya?
|
Catatan Hasil Pengamatan |
(Tuliskan di sini hasil/temuan observasimu)
|
Padangsidimpuan, Mei 2024
Observer,
Dr. Icol Dianto, M.Kom.I
0 Komentar
Silakan tinggalkan komentar Anda