Pendahuluan
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah Azza Wajalla, Sholawat serta Salam semoga terlimpah kepada junjungan umat Rasulullah Shollollohu ‘alaihi wassallam, nabi akhir zaman, semoga kita dan keturunan kita di belakang hari mendapat safa’at dari Beliau di Yaumil Baksi, Aamiin Ya Robbal ‘alamien.
Manusia itu disebut individual differences, berbeda satu sama lain dan tidak akan dapat persis sama kecuali hanya memperoleh kemiripan yang banyak. Manusia memang harus berbeda agar kehidupan itu tidak membosankan. Nilai seseorang manusia banyak ditentukan oleh dirinya sendiri, bagaimana yang bersangkutan menempa potensi, mengarahkannya, dan mewujudkannya guna dapat mencapai suatu cita-cita atau sosok yang diinginkan.
Ciri khas yang dimiliki seseorang manusia erat juga dengan sifat-sifat yang diwariskan oleh induk, namun banyak juga terbentuk karena usaha yang bersangkutan berinteraksi dengan lingkungan.
Kreativitas adalah salah satu indikator prilaku bagi seseorang dan nampak dilihat jelas oleh orang lain. Meskipun beberapa riset yang telah dilakukan, seperti yang dilakukan Mac Kinnon dalam Abdussalam (2005) menunjukkan bahwa: “orang-orang yang kreatif memiliki tingkatan IQ yang melebihi dari anak rata-rata pada umumnya”.
Ada juga varian dari anak-anak kreatif itu terjadi keguncangan jiwa (hysteria), penyakit gila karena ketakutan dan kekecewaan (paranoid), suka mengasingkan diri (schizophrenia). Namun kesimpulan pada umumnya sakit jiwa jarang diindap oleh orang-orang kreatif.
Apakah Pada manusia Pemberani Banyak Tersimpan Kreativitas?
Banyak dipahami dan dilihat bahwa banyak kekayaan pribadi yang terkandung atau dimiliki manusia kreatif dan menunjukkan keberaniannya dalam membuka setiap pengalaman hidup, terutama pengalamam-pengalaman internal. Keberanian manusia kreatif tampak jelas melalui pengalamannya terhadap dunia luar dan dalam, hasil interaksinya detail, tajam, spontan dan fleksibel. Manusia-manusia kreatif sering memiliki pribadi zig-zag dan jarang suka terhadap pola pikir yang linier, prosedural, dan terhadap disipin kerja tinggi.
Secara fundamental, sifat pemberani yang dimiliki atau yang terpatri pada prilaku-prilaku kreatif sering membuatnya menjauh dari berbagai macam gejolak emosional untuk mengurung diri, atau malas berekspresi. Mereka suka mencari pengalaman-pengalaman khusus yang bervariatif, sehingga jarang tampak pada kehidupan normal.
Manusia kreatif menurut Young dalam Abdussalam (2005) manusia kreatif juga lebih banyak perhatiannya kepada peradaban dari pada memperhatikan suatu seksual dan kelainan seksual. Mereka juga memperlihatkan kesan bahwa hampir menyamakan karakter kelaki-lakian dan kewanita-wanitaan, seperti tidak ada yang perlu dibedakan (bixeual).
Bagaimana Kreativitas Bisa Menjadi Gaya Hidup
Heart dalam Abdussalam (2005) mengemukakan bahwa kreativitas itu adalah suatu kekuatan yang tersimpan di balik kesempurnaan manusia, dalam arti masih tersimpan bagai gunung es di samudera yang luas. Lingkungan yang tepatlah yang banyak mempengaruhi munculnya prilaku skill pada manusia untuk berekspresi.
Tugas pendidik: 1). Berilah stimulus yang sesuai dengan perhatian kreator dalam hidup kesehariannya untuk munculnya respon balik yang berarti; 2). Pancinglah kreator untuk kembali melihat hal-hal lama dalam kehidupannya sehingga ia berselera untuk menggabung-gabungkannya menjadi sesuatu yang baru, produk baru, ataupun penampilan baru; 3). Produk yang dihasilkan seorang kreator harus dimunculkan kembali, membedahnya sehingga nampak kekurangan-kekurangan yang harus disempurnakan. Begitulah dibuat berulang-ulang sehingga menjadi gaya hidup bagi seorang kreator; 4.) perlu mengajak para kreator agar produk yang dihasilkan mereka bernilai ilmiah, yang tentunya harus digiring melalui uji validasi, uji model, dan uji ketahanan yang berpegang teguh pada prinsip-prinsip ilmiah (Syafnan, 2024).
Kreativitas Sebagi Proses Menangani Problem Solving
Banyak para kreator yang berkemampuan dasar yang tinggi atau abad sekarang disebut Potensi Akademik yang menonjol. Dalam banyak hal orang-orang yang pintar lebih sensitif pada hal-hal yang muncul dalam kehidupannya, sering tersentak untuk terpanggil mencari penyelesaiannya, prototypenya (Prayitno, 1997).
Penanganan problem dalam perspektif konseling sepertinya banyak langkah-langkah yang memerlukan keberanian, dan keberanian itu diperlihatkan kreator counseling pada titik-titik tertentu, seperti: melatih seseorang untuk bertingkah laku seperti yang diinginkan demi pemecahan masalahnya.
Hasil Riset Studi Dokumen yang dilakukan Guiford, Havvel dalam Al-Ghamidi (2005)
Mengarahkan pandangan mereka bahwa: manusia kreatif: 1. Banyak yang lebih menguasai berbicara, berkomunikasi yang baik dan tepat; 2. Cenderung cepat berpikir dibanding manusia pada umumnya; 3. Keluwesan dalam berpikir; 4. Lebih menyukai orisinilitas.
Penutup
Pemberani akan banyak memproduk hasil-hasil di bidang keilmuan yang ditekuni, begitu juga kreator di bidang seni. Mereka cenderung mampu mendisiplinkan diri untuk bermain bebas untuk mencapai hasil yang baru dan sempurna.
Daftar Bacaan
Abdussalam. 2005. Mengembangkan Kreativ Anak. Pustaka Alkautsar: Jakarta
Algamidi. 2003. At-Tafkir Al-Ibtikari. Penelitian Takditerbitkan: Jakarta.
Goleman, D., 1995. Emotional Intelligence. Butam Book. New York.
Payitno. 1997. Pelayanan Bimbingan Koneling SD. Penebar Aksara: Jakarta.
Syafnan. 2024. Konseling - 2 Materi Ajar Perguruan Tinggi. Rabinka Jaya Utama: Padang.
0 Komentar
Silakan tinggalkan komentar Anda