Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

.

Padangsidimpuan Mencari Pemimpin Yang Peduli Pendidikan


Penulis: Dr. Icol Dianto, M.Kom.I
Jurnalis/ Dosen UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan

 

PADANGSIDIMPUAN merupakan kota metropilitan di Tapanuli bagian Selatan. Kota ini dulunya adalah pusat pemerintahan dari Kabupaten Tapanuli Selatan. Kini, Kota Padangsidimpuan sudah berusia 23 tahun. Sebuah umur yang jika dibandingkan dengan usia anak sekolah, maka sudah sarjana lah kota tersebut.

Kota ini sangat strategis menjadi kota pendidikan, tersebab Kota Padangsidimpuan lokasi berdirinya beberapa perguruan tinggi penting. Sebut beberapa kampus yang dimaksud adalah Universitas Islam Negeri Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan, Universitas Graha Nusantara, Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan, Institut Pendidikan Tapanuli Selatan, Universitas Aufa Royhan, Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Benteng Huraba, STMIK Citra Mandiri, Akademi Kebidanan Sentral, Akademi Kebidanan Mitra Syuhada, STIKES SYUHADA, Akademi Kebidanan Matorkis, Akademi Kebidanan Darmais Padangsidimpuan, Sekolah Tinggi Agama Islam Tapanuli (STAITA), Sekolah Tinggi Agama Islam Pertinu, dan Prodi Kebidanan Poltekkes Padangsidimpuan. Sekolah dari tingkat TK hingga SLTA menambah kekayaan daerah atas pendidikan di Kota Padangsidimpuan.

Ironinya, keberadaan kampus yang besar itu apakah sudah menjadi perhatian serius pemerintah kota Padangsidimpuan untuk menjadikan daerahnya sebagai ikon pendidikan di Tapanuli bagian Selatan? Terhadap perguruan tinggi, apa yang sudah dikontribusikan oleh Pemerintah Kota Padangsidimpuan? Kepedulian yang rendah terhadap pendidikan, misal saja di sekitar kampus UIN Syahada Padangsidimpuan. Jalan raya yang sempit, menanjak dan menikung, namun trotoarnya tidak dibangun dengan baik. Dalam radius 1 km di titik kampus UIN itu memerlukan rambu lalu lintas, penerang jalan, trotoar, dan zebra cross. Ini malah menjadi parkiran angkot. Andai saja di situ kasih rambu di larang parkir sepanjang 1 km itu, tentu mengurangi kemacetan. Bahkan, marka jalan pun tidak ada. Maka, saya tidak heran ketika sering terjadi kecelakaan di lokasi depan kampus UIN Syahada Padangsidimpuan.

Beberapa titik yang berdekatan dengan lokasi pendidikan seperti Simpang 4 Silandit. Di sini sering macet total. Lampu merah tidak ada, pos polisi tidak ada, dan di sana juga menjadi terminal ilegal bagi taksi-taksi AKDP (Antar Kota Dalam Provinsi). Apa upaya dan solusi dari Pemerintah Kota Padangsidimpuan?

Atas dasar itu, pada moment Pemilihan  Kepala Daerah tahun 2024 ini, Kota Padangsidimpuan memerlukan Pemimpin yang cinta ilmu dan Pendidikan. Saya membayangkan Kota Padangsidimpuan ini dibangun sebagai Kota Pendidikan yang memang layak untuk pendidikan. Oleh karena itu, saya menamakannya dengan Pemimpin Transformasi. Kata transformasi diperlukan di sini untuk menjelaskan kondisi kepemimpinan yang telah berlalu dengan kepemimpinan yang akan datang.

Secara teoritis, pemimpin transformatif adalah sosok yang tak hanya memandang jabatan sebagai amanah, tetapi juga sebagai peluang untuk mengubah kehidupan masyarakat menjadi lebih baik. Dalam dunia yang terus berkembang ini, pemimpin semacam ini sangatlah dielu-elukan, terutama pemimpin yang peduli dalam bidang ilmu dan pendidikan. Di tengah berbagai tantangan sosial dan ekonomi, pemimpin transformatif menjadi motor penggerak yang mampu menjawab kebutuhan masyarakat dan menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi generasi berikutnya. 

Pemimpin yang memiliki rasa cinta yang mendalam terhadap ilmu pengetahuan akan berusaha untuk selalu memahami bahwa perbaikan pendidikan masyarakatnya adalah kunci utama untuk membuka gembok yang bergelantungan di gerbang kemajuan. Perhatian pemimpin tidak hanya dalam bentuk kebijakan makro, tetapi juga tindakan nyata di akar rumput. Pemimpin musti menyadari bahwa pendidikan yang berkualitas membutuhkan fondasi yang kuat. Pendidikan berkualitas harus didukung kurikulum yang relevan, guru yang berkualitas, sarana dan prasarana memadai, serta lingkungan yang mendukung belajar. 

Pemimpin transformatif yang saya maksud ini adalah pemimpin yang tidak segan turun ke lapangan untuk melihat langsung kondisi pendidikan di wilayah yang dipimpinnya. Pemimpin yang tidak hanya menunggu laporan dari dinas teknis melainkan dia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri. Ia memantau sekolah-sekolah yang jauh dari pusat kota, berbincang dengan para guru yang berdedikasi, dan mendengar langsung keluhan serta harapan para siswa.

Pemimpin yang demikian ini mendapatkan gambaran nyata tentang apa yang harus diperbaiki. Program kerjanya di bidang pendidikan tidak lagi insidentil, namun program pendidikan yang berkelanjutan. Dia lebih mengutamakan perbaikan fasilitas sekolah di daerah terpencil yang masih kekurangan.

Tentu saja, membangun pendidikan tidak hanya pada pembangunan fisik, pemimpin seperti ini juga memberikan perhatian serius pada pengembangan kompetensi guru. Ia memahami bahwa guru adalah kunci utama keberhasilan pendidikan. Dengan memberikan pelatihan berkala, insentif yang memadai, dan kesempatan bagi guru untuk melanjutkan pendidikan mereka, ia memastikan bahwa setiap guru memiliki kemampuan dan motivasi untuk mengajar dengan baik.

Selain itu, kepedulian seorang pemimpin transformatif juga mencakup aspek keselamatan siswa. Ia menyadari bahwa banyak sekolah yang berada di lokasi padat dan rawan kecelakaan, sehingga keselamatan siswa saat berangkat dan pulang sekolah menjadi perhatian utama. Di sinilah tindakan nyata dilakukan dengan membangun zebra cross, memasang lampu lalu lintas di sekitar sekolah, hingga merekrut petugas khusus untuk membantu mengatur lalu lintas di jam-jam sibuk. Hal ini bukan hanya soal kenyamanan, tetapi juga menunjukkan bahwa pendidikan yang baik tidak bisa dipisahkan dari lingkungan yang aman dan mendukung. 

Masih banyak lagi untaian kalimat yang dapat menggambarkan pemimpin transformatif yang kehadirannya dinantikan oleh lapisan masyarakat. Bukan pemimpin yang manis dalam berjanji dan berkampanye, namun pemimpin yang sungguh-sungguh peduli. Masyarakat sudah mulai muak dengan gaya politik di negeri ini. Calon pemimpin yang lain di mulut lain pula di hati. Janji hanya tinggal janji, ketika menjabat, malah suka pergi-pergi, serta mementingkan diri sendiri, keluarga, dan golongannya. Wallahu a’lam.

Posting Komentar

0 Komentar

HEADLINE ARTIKEL

Cara Mengirimkan Artikel Publikasi di Majalah Pendidikan dan Dakwah