Ad. 4. Menanamkan pikiran untuk rasa hormat
Menanamkan pikiran anak untuk terbentuknya rasa hormat, maka perlu dimulai dari:
- Memberi teladan yang baik yang dinampakkan dalam kehidupan rumah tangga. Ketika prilaku itu dinampakkan maka anak cendrung meniru.
- Memberi pendidikan nilai melalui kegiatan diskusi /FGD, pada kesempatan itu sampaikan berupa kisah-kisah yang menarik yang terkandung di dalamnya manfaat rasa hormat.
- Tanamkan perlunya memaklumi dan menghargai perbedaan baik dalam konteks budaya, pandangan, maupun latar belakang. Pada saat ini bersama-sama anak memahami bahwa setiap orang layak dihormati.
- Memberi latihan berbicara dengan tenang, sopan, penuh pengertian, berprasangka positif, dan setiap orang wajar dihormati.
- Melatih dengan memberi penilaian terhadap orang lain dengan pandangan plus minus, cuma semua diarahkan kepada faktor keberuntungan yang berasal dari Yang Maha Kuasa.
- Berikan latihan untuk hanya mendengar ketika orang lain berbicara, dan bila saatnya untuk boleh bertanya maka barulah digiring anak kita untuk bertanya.
- Melatih anak sendiri untuk mengemban tugas yang diberikan, tagih hasilnya dan berikan penilaian yang disertai pujian sesuai dengan keadaan yang dicapainya.
- Melatih menghargai waktu dengan mengisinya dengan hal-hal yang berarti baik untuk diri sendiri maupun berharga pula bagi orang lain.
- Melatih untuk tetap selalu mengedepankan penghargaan kepada siapapun orangnya sepanjang orang tersebut tidak menekan pribadi anak.
Inilah upaya untuk menanamkan rasa hormat, membangun komunikasi yang terpelihara, dan kontiniutas.
Ad. 5. Menanamkan Sikap Toleransi
Menanamkan sikap toleransi pada anak harus dimulai kepada sesama anggota keluarga. Hal ini urgen karena terlatih untuk menghargai perbedaan, bisa menikmati hidup keseimbangan atau harmoni kebersamaan.
Berikut ini upaya untuk menenamkan sikap toleransi pada anak atau sesama anggota keluarga, adalah:
- Setiap pembicaraan dalam keluarga harus diberi respon cepat, apa lagi seseorang itu menyampaikan sesuatu. Respon tentunya dengan kesopanan bila antar pendapat berbeda.
- Mendiskusikan perbedaan dengan anak tentang bicaranya dengan kita, nampakkan kewajaran, dan menghargainya.
- Libatkan anak untuk sering ikut dalam acara-acara sosial, seperti membawanya ke panti yatim, panti jompo, dan komunitas amal-amal sosial yang aksesnya ke komunitas teman sebaya. Bila sering akses ke teman sebaya barulah diarahkan pula ke komunitas yang lebih luas.
- Bicarakan dengan anak tentang hal-hal yang urgen terjadi dalam lingkungan rumah, minta pandangannya, dan tanya juga bagaimana komentar temannya yang didengar. Baru dibandingkan tentang mana yang terbaik antar pendapatnya dengan pendapat temannya.
- Ajarkan pada anak tentang resolusi konflik, yaitu menyelesaikan konflik atau masalah dengan konstruktif, dan mengajak anak untuk merasakan hasil yang diperoleh dalam penyelesaian konflik.
Perlu juga para orang tua selalu melakukan pengawasan moral anak. Charles F dalam Michele (2008) menyampaikan: “Setiap anak perlu sesorang yang dapat dijadikan panutan, untuk berintekrasi dan mengawasinya”. Penerapannya dimana informasi-informasi yang bersumber dari masyarakat harus diseleksi yang bisa sampai kepada anak.
Berikut ini dimunculkan perkataan dan tindakan orang yang bertoleransi.
Tabel perkataan dan tindakan yang bertoleransi
No |
Perkataan Yang Bertoleransi |
Tindakan Yang Bertoleransi |
1. |
“Hai, hentikan itu. Kamu menghinanya”. “Itu tidak lucu. Kamu mengolok-olok warna kulitnya”. |
Tidak mau ikut serta mengolok-olok orang yang berbeda dengan dirinya. |
2. |
“Saya tidak mau bergabung dengan klub yang tidak membolehkan orang beragama lain menjadi anggota”.
|
Tidak mau menertawakan suku, agama, budaya, ukuran tubuh, gender, atau orientasi seksual seseorang. |
3. |
“Kenapa ia tidak boleh masuk tim? Memangnya kenapa kalau ia belum pernah memukul?” |
Memokuskan pada persamaan bukan pada perbedaan |
4. |
“Hai, hentikan perbuatan mu! Jangan menghina penampilannya. Itu sangat menyakitkan”. |
Tidak menolak orang yang berbeda atau tidak berpengalaman untuk bergabung |
5 |
“Kamu tidak mengenalnya, jadi jangan mengolok-oloknya”. |
Membela orang yang diolok-olok atau yang dicela |
6. |
“Memangnya kenapa kalau ia memakai kursi roda? Saya akan tetap mengajaknya bergabung”. |
|
Daftar Pustaka
Michele Borba. 2008. Membangun Kecerdasan Moral. Gramedia Pustaka: Jakarta
Hasan Langgulung. 2004. Manusia Pendidikan. Jakarta: Pustaka Al Husna Baru.
J. Elliot. 1971. A. Class Dividen: Then and Now. Yale Conn: Yale University Press
G. Allport. 1996. Teaching Tolerance. New York: Harper Parennial.
G. Allport. 1979. The Nature Of Prejudice. New York: Harper Parennial.
0 Komentar
Silakan tinggalkan komentar Anda