Penulis:
Dr. Icol Dianto, S.Sos.I., M.Kom.I
Ketua Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan
Entah mengapa, saya merasa geli ketika ditunjuk atau dipanggil oleh seseorang dengan menggunakan tangan kiri. Tidak peduli siapa dan apa jabatannya, mau dia itu atasan saya, pimpinan saya, dan teman saya. Apalagi mereka yang menunjuk-nunjuk itu adalah bawahan saya atau mahasiswa saya atau orang yang secara kepangkatan masih di bawah saya, mereka yang hanya kenal begitu saja, atau orang lain yang tidak saya kenal. Kelompok yang kedua ini bikin saya mau mematahkan jari tangannya itu dan ingin mengajari bahwa “berhati-hati menggunakan tangan kiri.”
Ada semacam anggapan dalam budaya kami bahwa menunjuk seseorang dengan tangan kiri sama dengan makna bahwa kita sudah jijik, muak, marah dan remeh kepada orang tersebut. “Den tunjuak kida se paja tu lai” artinya saya tunjuk dengan tangan kiri saja dia itu. Ungkapan ini bermakna bahwa orang yang menunjuk orang lain dengan tangan kiri berarti dia sudah tidak menghormatinya lagi. Dia tidak menghargai orang yang ditunjuk dengan tangan kiri tersebut. Itulah mungkin mengapa saya merasa risih ditunjuk dan dipanggil dengan menggunakan tangan kiri oleh orang lain. Meskipun demikian, saya masih bisa menahan emosi dan memaafkannya. Saya masih teringat dengan doa Nabi Muhammad SAW: “Ya Allah, ampunilah kaumku karena sesungguhnya mereka tiada mengetahui (Hadis).
اللهم اغفر لِقَوْمِي؛ فإنهم لا يعلمون
Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan tangan dalam berbagai aktivitas sering kali memiliki nilai etika dan norma yang berbeda di berbagai budaya dan agama. Salah satu hal yang sering menjadi perhatian adalah penggunaan tangan kiri untuk menunjuk atau memanggil seseorang. Dalam perspektif agama Islam, penggunaan tangan kanan lebih dianjurkan dalam berbagai aktivitas karena memiliki nilai sunnah dan kesopanan.
Dalam Islam, tangan kanan memiliki posisi yang lebih mulia dibandingkan tangan kiri. Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk menggunakan tangan kanan dalam hal-hal yang baik, seperti makan, memberi sesuatu kepada orang lain, dan dalam interaksi sosial lainnya. Sebaliknya, tangan kiri lebih sering dikaitkan dengan aktivitas yang dianggap kurang bersih, seperti membersihkan diri setelah buang air kecil atau buang air besar.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah ﷺ bersabda: "Jika salah seorang di antara kalian makan, hendaklah ia makan dengan tangan kanannya. Dan jika ia minum, hendaklah ia minum dengan tangan kanannya. Sesungguhnya setan makan dan minum dengan tangan kirinya.” (Hadis).
Hadis ini menunjukkan bahwa tangan kanan memiliki keutamaan dalam berbagai aktivitas, termasuk dalam interaksi sosial seperti memberi dan menerima sesuatu, serta dalam sikap menghormati orang lain.
Selain dalam Islam, banyak budaya di dunia juga menganggap tangan kiri memiliki konotasi negatif. Dalam beberapa masyarakat, menunjuk seseorang dengan tangan kiri dianggap sebagai tindakan tidak sopan dan bahkan bisa dianggap sebagai penghinaan. Di beberapa negara Asia, seperti Indonesia dan Malaysia, penggunaan tangan kiri untuk memberi atau menerima sesuatu sering kali dianggap kurang beretika.Dalam konteks komunikasi, memanggil seseorang dengan tangan kiri juga dapat dianggap kurang menghormati lawan bicara. Oleh karena itu, penggunaan tangan kanan dalam komunikasi sehari-hari lebih dianjurkan sebagai bentuk penghormatan dan kepatuhan terhadap norma sosial yang berlaku.
Dalam ilmu komunikasi, gerakan tubuh, termasuk gerakan tangan kiri untuk menunjuk dan memanggil lawan bicara, dapat dianggap sebagai bentuk komunikasi nonverbal. Komunikasi nonverbal adalah komunikasi dengan menggunakan pesan selain dari bahasa verbal lisan dan tulisan. Penggunaan komunikasi nonverbal dapat memperkuat maksud dari komunikasi verbal. Akan tetapi, penggunaan bahasa nonverbal yang tidak tepat dapat menyebabkan penyimpangan pesan komunikasi, misalnya kesalahan berkomunikasi. Dalam budaya yang berbeda, mungkin kasus-kasus komunikasi antar budaya ini sering terjadi.
Komunikasi nonverbal memiliki peran penting dalam interaksi sosial dan dapat memiliki makna yang berbeda di setiap budaya. Dalam beberapa budaya Barat, misalnya, menunjuk dengan tangan kiri mungkin tidak dianggap sebagai tindakan yang tidak sopan. Namun, di banyak budaya Asia dan Timur Tengah, penggunaan tangan kiri dalam interaksi sosial dapat dianggap kurang beradab dan bahkan menyinggung perasaan lawan bicara.
Salah satu tantangan terbesar dalam komunikasi antar budaya adalah perbedaan interpretasi gerakan tubuh. Sebuah gerakan yang dianggap netral atau biasa di satu budaya dapat memiliki makna negatif di budaya lain. Oleh karena itu, pemahaman tentang komunikasi nonverbal menjadi sangat penting dalam menghindari kesalahpahaman dan membangun hubungan yang harmonis.
Dalam pergaulan multikultural, kesadaran akan perbedaan komunikasi nonverbal dapat membantu individu beradaptasi dengan lingkungan sosial yang berbeda pada masyarakat yang berbeda kultur. Sebagai contoh, dalam pertemuan yang dihadiri oleh masyarakat lintas budaya, memahami cara berkomunikasi dengan gerakan tubuh yang tepat dapat meningkatkan efektivitas komunikasi dan memperkuat hubungan persahabatan.
Akhirnya, ibarat kata orang bijak, berhati-hatilah menunjuk orang lain, apalagi dengan tangan kiri, karena satu jari mengarah kepada orang lain, sedangkan empat jarinya mengarah kepada Anda. Akan tetapi, kamu tiada menyadarinya. Fa’tabiru ya Ulil Abshor, La’allakum turhamun.
0 Komentar
Silakan tinggalkan komentar Anda